DEVELOPMENT OF CULTURE HINDU
RELIGION BUDDHISM IN INDONESIA
1. Bukti-Bukti Proses Interaksi di Beberapa
Daerah dengan Hindu–Buddha
Pada abad ke-4 Masehi agama dan kebudayaan Hindu masuk keIndonesia. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanegara
menunjukkan adanya proses penghinduan. Pada mulanya yang berkembang terlebih
dahulu ialah agama Hindu baru kemudian agama Buddha (agama Buddha yang
berkembang di Indonesia ialah agama Buddha Mahayana). Hal ini terbukti bahwa
raja-raja pertama di Indonesia menganut agama Hindu, seperti Mulawarman dari
Kerajaan Kutai dan Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Lama kelamaan kedua
agama ini terus berkembang, silih berganti menjadi agama yang paling utama
dalam negara. Setelah hidup berdampingan secara damai selama berabad-abad,
kemudian terjadi sinkretisme di antara keduanya. Hasil sinkretisme tersebut
menimbulkan suatu aliran agama baru yang dikenal sebagai agama Siwa- Buddha.
Aliran ini berkembang dengan pesat pada abad ke-13 M. Penganut aliran ini,
antara lain Raja Kertanegara dan Adityawarman.
2. Perkembangan Tradisi Hindu–Buddha
Sikap aktif selektif diterapkan bangsa
Indonesia terhadap kebudayaan dari luar, artinya kebudayaan asing yang masuk ke
Indonesia diseleksi dan disesuikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, setelah agama dan kebudayaan Hindu–Buddha masuk ke Indonsia
terjadilah akulturasi. Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu–Buddha
dengan kebudayaan Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a. Seni Bangunan
Wujud akulturasi seni bangunan terlihat
pada bangunan candi, salah satu contohnya adalah Candi Borobudur yang merupakan
perpaduan kebudayaan Buddha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan asli
Indonesia,yakni punden berundak (budaya Megalithikum).
b. Seni Rupa dan Seni Ukir
Akulturasi di bidang seni rupa dan seni
ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa relief Sang Buddha Gautama
(pengaruh dari Buddha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik,
perahu lesung, perahu kora-kora, dan rumah panggung yang di atapnya ada burung
bertengger (asli Indonesia). Di samping itu, ragam hias pada candi-candi
Hindu–Buddha dan motif-motif batik yang merupakan perpaduan seni India dan
Indonesia.
c. Aksara dan Seni Sastra
Pengaruh budaya Hindu–Buddha salah
satunya menyebabkan bangsa Indonesia memperoleh kepandaian membaca dan menulis
aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kepandaian baca-tulis
akhirnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Misalnya, cerita Mahabarata
dan Ramayana berakulturasi menjadi wayang "purwa" karena wayang
merupakan kebudayaan asli Indonesia. Demikian juga kitab Mahabarata dan
Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat
Maharaja Rahwana.
Ø Sistem Pemerintahan
Di bidang pemerintahan dengan masuknya
pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Semula
pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan
warga lainnya(primus interpares). Raja tidak lagi sebagai wakil dari nenek
moyang, tetapi sebagai penjilmaan dewa di dunia sehingga muncul kultus
"dewa raja".
Ø Sistem Kalender
Kebudayaan Hindu–Buddha yang masuk ke
Indonesia telah memiliki perhitungan kalender, yang disebut kalender Saka
dengan perhitungan 1 tahun Saka terdiri atas 365 hari. Menurut perhitungan
tahun Saka, selisih tahun Saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar